Ambisi Produsen Otomotif Indonesia Menurun Soal EV, Mengapa?
JAKARTA -- Ambisi produsen otomotif di Indonesia untuk mengembangkan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) disebut bisa menurun. Hal ini karena masih tingginya kapasitas produksi industri kendaraan roda empat ringan (4W) dan roda dua (2W) di Tanah Air. Hal ini terlihat dari laporan terbaru Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) mengenai kendaraan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Tanah Air.
Putra Adhiguna, analis energi sekaligus penulis laporan tersebut, menjelaskan, industri kendaraan 4W dan 2W di Indonesia beroperasi pada 48 persen dan 36 persen di bawah kapasitas produksi mereka. Hal ini yang juga dapat memengaruhi ambisi kendaraan listrik.
“Kapasitas berlebih tersebut sangat mungkin akan menurunkan animo pemain otomotif untuk bergerak menjauh dari ICEV," kata Putra dalam peluncuran laporan "Electrifying Indonesia's Road Transport" di Jakarta, Senin (6/2/2023).
IEEFA juga mencatat adanya kontras antara narasi publik yang berjalan di pasar yang berbeda. Di Jepang, perkembangan menuju mini battery electric vehicle (BEV) berharga terjangkau tengah bergulir dalam merespons masuknya kompetisi dari China. Sementara di Indonesia, para pelaku industri otomotif tampak lebih menekankan sulitnya adopsi kendaraan listrik.
“Rendahnya penggunaan motor listrik di Indonesia juga menjadi indikator akan pengaruh kuat dari pemain yang ada. Apalagi mengingat pasar motor Indonesia termasuk salah satu yang terbesar di dunia," katanya.
“Dominasi dan arah dari raksasa otomotif yang ada tidak mungkin dikesampingkan dalam pembahasan ambisi EV Indonesia. Karenanya, dukungan terhadap EV harus dibarengi kebijakan tegas untuk menahan laju penggunaaan BBM untuk ICEV (internal combustion engine vehicle/kendaraan konvensional berbahan bakar minyak) dari berbagai arah." kata Putra.
Tanpa menangani hal-hal di atas secara terbuka, publik akan dengan serius mempertanyakan. Apakah ambisi pembangunan industri yang berkaitan dengan kendaraan listrik saat ini ditujukan untuk kemajuan sektor transportasi domestik yang lebih efisien dan bersih ataukah utamanya untuk pasar ekspor.
"Pada akhirnya, kendaraan listrik bukanlah solusi tunggal dari seluruh kendala sektor transportasi. Perhatian terhadap sarana transportasi publik, pengembangan tata ruang kota yang baik, dan opsi mobilitas lainnya perlu terus dijalankan. Akan tetapi, sejalan dengan itu, perhatian terhadap produsen otomotif besar yang ada juga sangatlah penting, mengingat mereka dapat memiliki pengaruh yang kuat dalam menentukan arah ke depan," kata Putra.